Ubay bin Ka’ab adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Ubay merupakan sahabat yang mampu menghafal Al-Qur’an. Dia dipercaya menjadi sekretaris Nabi untuk penulisan wahyu dan surat-surat Nabi.
Ubay adalah seorang sahabat yang berasal dari kaum Anshar dari suku Khazraj. Ubay selalu berada di sisi Rasulullah. Dia ikut dalam Bai’at Aqabah, Perang Badar, dan perang-perang lainnya.
Ubay juga merupakan sahabat yang bertakwa kepada Allah SWT. Dia selalu menangis setiap kali menyebut Allah. Orang-orang yang mendengar Ubay membaca Al-Qur’an juga ikut menangis.
Mengenal Ubay bin Ka’ab

Ubay bin Ka’ab bin Qays al-Khazraji al-Anshari. Ia memiliki dua kun-yah. Rasulullah memberinya kun-yah Abu al-Mundzir. Sedangkan Umar bin al-Khattab menyebutnya Abu aht-Thufail. Karena ia memiliki seorang putra yang bernama ath-Thufail.
Ubay adalah seorang laki-laki yang rambut dan janggutnya berwarna putih. Namun ia tak mengubah warna perak rambut kepalanya itu dengan inay. Atau pewarna lainnya.
Allah Ta’ala memilih Ubay termasuk salah seorang yang pertama-tama memeluk Islam. Ia bersyahadat saat Baiat Aqobah kedua. Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, ia dipersaudarakan dengan Said bin Zaid. Salah seorang dari sepuluh orang sahabat utama, al-muabsyiruna bil jannah.
Suatu hari, Rasulullah pernah bersabda kepada Ubay.
“Wahai Ubay bin Ka’ab, sesungguhnya aku diperintahkan untuk menunjukkan Al-Qur’an kepadamu,”
Mendengar ucapan Rasulullah, Ubay pun bertanya.
“Wahai Rasulullah, apakah namaku disebut kepadamu?” tanya Ubay
Rasulullah pun menjawab bahwa nama Ubay disebut penduduk langit.
“Benar, nama dan nasabmu (disebutkan) di penduduk langit,” ungkap Nabi Muhammad.
Dididik Oleh Rasulallah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pendidik yang handal. Beliau memberi teladan dengan lisan dan perbuatan. Apa yang beliau ajarkan menancap di hati. Menjadi guratan-guratan yang muncul dalam perbuatan. Ubay pun merasakan murninya pendidikan nubuwah itu.
عن أبي هريرة أن رسول الله خرج على أبي بن كعب، فقال رسول الله: “يا أُبيّ” وهو يصلي، فالتفت أبي ولم يجبه، وصلى أبيّ فخفف ثم انصرف إلى رسول الله، فقال: السلام عليك يا رسول الله. فقال رسول الله: “ما منعك يا أبي أن تجيبني إذ دعوتك؟”. فقال: يا رسول الله، إني كنت في الصلاة. قال: “أفلم تجد فيما أوحي إليَّ {اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ} [الأنفال: 24]؟” قال: بلى، ولا أعود إن شاء الله.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Ubay bin Ka’ab. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Ubay.” Saat itu Ubay sedang shalat. Ia hanya menoleh, tapi tidak menjawab panggilan Nabi. Ubay melanjutkan shalatnya. Dan menyegerakannya.
Setelah itu ia menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Assalamu’alaika ya Rasulullah,” sapa Ubay. Rasulullah bersabda, “Hai Ubay, apa yang menghalangi untuk menjawab panggilanku saat aku menanggilmu tadi?” “Wahai Rasulullah, tadi aku sedang shalat,” jawab Ubay.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi, “Tidakkah engkau mendapati sesuatu yang diwahyukan kepadaku ‘Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu’?” [Quran Al-Anfal: 24].
“Iya (aku telah mengetahuinya). Aku tidak akan mengulanginya lagi, insyaallah,” janji Ubay. (Sunan at-Turmudzi, Kitab Fadhail Quran, Juz: 5: 2875).
Perhatikanlah, bagaimana para sahabat dalam menanggapi perintah Rasulullah. Mereka tidak membantah. Tidak mengedepankan hasrat dan keinginan mereka. Ketika mengetahui bahwa Rasulullah menafsirkan ayat tersebut demikian. Mereka pun berazam untuk mengamalkannya. Tentu ini menjadi teladan bagi kita. Bagaimana adab ketika mendengar atau membaca hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah dan larangan.
Rasulullah melarang kita dari riba, mendekati zina, dll. Beliau memerintahkan wanita muslimah untuk mengenakan hijab yang sempurna. Ingatlah pesan Allah yang disampaikan Rasulullah dalam Surat Al-Anfal ayat 24 tersebut.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” [Quran Al-Anfal: 24].
Dalam riwayat Imam Ahmad dengan sanad dari Abu Hurairah dari Ubay bin Ka’ab bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Maukah kuajarkan kepadamu suatu surat yang tidak Dia turunkan yang semisalnya dalam Taurat dan Injil. Juga tidak ada pada Alquran yang semisalnya?” Ubay menjawab, “Tentu.” “Aku berharap sebelum engkau keluar dari pintu itu, engkau telah mempelajarinya,” kata Rasulullah.
Kemudian Rasulullah berdiri. Dan aku berdiri bersamanya. Beliau mengandeng tanganku sambil mengajarkanku. Sampai beliau hampir sampai di pintu.
Aku berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mana surat yang Anda janjikan untukku?”
Beliau berkata, “Apa yang engkau baca saat shalat?”
“Aku membaca surat Al-Fatihah,” jawabku.
“Itulah dia. Itulah dia (surat yang tidak terdapat dalam Injil dan Taurat. Bahkan dalam Alquran yang menyamai kemuliaannya). Surat itu adalah tujuh yang berulang-ulang. Dan Alquran yang agung yang diwahyukan padaku.”
Dalam riwayat yang lain, Ubay memperlambat langkahnya. Karena sangat ingin mendengar surat yang dijanjikan Rasulullah untuknya. Demikianlah semangatnya Ubay bin Ka’ab dan sahabat-sahabat lainnya memperoleh ilmu dari Rasulullah.
Kemuliaan Ubay bin Ka’ab
Ubay adalah orang yang mencatat dan menyusun Alquran di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam al-Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari Qatadah, ia berkata, “Aku bertanya kepada Anas bin Malik, ‘Siapa yang mengumpulkan Alquran di masa Nabi?’ Anas menjawab, ‘Ada empat orang. Semuanya dari kalangan Anshar. Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid -radhiallahu ‘anhum jami’an’.” (HR. al-Bukhari, 5003).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa ia adalah orang yang paling fasih bacaan Alqurannya di umat ini. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Umatku yang paling penyayang terhadap yang lain adalah Abu Bakar. Yang paling kokoh dalam menjalankan perintah Allah adalah Umar. Yang paling jujur dan pemalu adalah Utsman. Yang paling mengetahui halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal. Yang paling mengetahui ilmu fara’idh (pembagian harta warisan) adalah Zaid bin Tsaabit. Yang paling bagus bacaan Alqurannya adalah Ubay. Setiap umat mempunyai orang kepercayaan. Dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.” (HR. at-Turmudzi 3791).
Banyak tokoh-tokoh sahabat yang belajar Alquran dari Ubay. Di antara mereka: Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin Saib, Abdullah bin Ayyasy bin Abi Rabi’ah, Abu Abdurrahman as-Sulami -radhiallahu ‘anhu jami’an-.
Kemuliaan lainnya yang disandang sahabat Anshar ini adalah sebagai penulis wahyu. Ubay adalah orang pertama di Madinah yang menuliskan wahyu untuk Rasulullah. Kalau tidak ada Ubay, baru Rasulullah memanggil Zaid bin Tsabit. Di zaman Umar, ia diangkat menjadi hakim di Yaman.
Semasa hidupnya, Ubay juga dikenal sebagai panutan. Umar bin Khattab pernah menyebut Ubah adalah junjungan kaum Muslimin.
Kepergian Ubay bin Ka’ab, sahabat penghafal Al-Qur’an ini menyisakan duka yang mendalam bagi umat Islam.
“Saat wafat, banyak umat Islam memenuhi jalanan mengantar jenazah Ubay bin Ka’ab,” tulis Mahmudah Mastur dalam Seri Ensiklopedia Anak Muslim, 125 Sahabat Nabi Muhammad SAW.