Pentingnya Beradab

Adab memiliki sebuah arti kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Adab erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji. Ahli bahasa juga kebanyakan menyebutkan bahwa adab merupakan kepandaian dan ketepatan dalam mengurus segala sesuatu. Begitupun sebagian ulama lainnya juga turut berpendapat bahwa adab merupakan suatu kata atau ucapan yang mengumpulkan segala perkara kebaikan di dalamnya

Adab juga merupakan norma atau aturan mengenai sopan santun berdasarkan aturan agama. Norma tentang adab seringkali digunakan dalam pergaulan yang terjadi antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum.

Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam. Tetapi seiring berkembangnya waktu, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dengan segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama Islam.

Adab sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi orang-orang yang memiliki adab biasanya akan terjaga dari perbuatan tercela. Maka tidak heran jika adab sangat penting. Adab tentu perlu diajarkan sedari kecil. Anak-anak yang sudah diberi bekal pelajaran mengenai adab akan tumbuh menjadi pribadi lebih baik dari teman-teman sebayanya

“Orang beradab sudah pasti berilmu tetapi orang berilmu belum tentu beradab.”

Imam dar al-hijrah Imam Malik rahimahullah pernah berkata kepada seorang pemuda Quraisy:

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Wahai anak saudaraku, pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu!”

Kenapa para ulama lebih mengutamakan mempelajari adab?

Sebagaimana yang dikatakan Yusuf bin Al Husain,

بالأدب تفهم العلم

“Dengan mempelajari adab, maka engkau akan mudah memahami ilmu.

ADAB KEPADA ORANG TUA

Orang tua merupakan orang yang secara jasmani menjadi asal keturunan anak, orang tua merupakan sosok yang paling dekat hubungannya dengan anaknya. Pengorbanan orang tua sungguh tiada tara, mereka mendidik kita dan menyerahkan hidupnya untuk keselamatan anaknya.

Islam mengajarkan agar seorang anak untuk selalu menaati orang tuanya selama tidak bertentangan dengan agama. Dalam Al-Qur’an Allah sering mengiringkan perintah ta’at kepada-Nya diikuti dengan berbuat baik pada orang tua, karena merekalah tangan kedua setelah Allah. Sebagaimana Firman Allah swt. dalam surah An-Nisa’ ayat 36 sebagai berikut.

Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu memperekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. An-Nisa 4:36)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa kita diwajibkan beribadah kepada Allah swt., juga berbuat baik kepada orang tua. Terutama seorang Ibu yang secara khusus Allah menyebutkan betapa berat mendidik anaknya, sejak dalam kandungan, melahirkan, menyusui, serta mendidik ke tahap selanjutnya.

Oleh karena itu, ketika Rasulullah saw. ditanya, kepada siapa lebih awal berbuat baik? Beliau menjawab “kepada Ibumu, lalu Ibumu, dan Ibumu baru kemudian kepada bapakmu.”

Selanjutnya Allah swt. memerintahkan bersyukurlah atas ni’mat iman dan ihsan serta bersyukurlah kepada orang tua mu atas ni’mat tarbiyyah (pendidikan). Karena keduanya penyebab adanya kamu dan karena pendidikan mereka yang baik sehingga menjadi kuat.

Kita harus selalu berbuat baik kepada kedua orang, sebagaimana Firman 

Dan yang harus menjadi pertimbangan adalah pendidikan dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya tidaklah hanya dua tahun. Sebagaimana tuntunan Al-Qur’an, pendidikan anak diberikan sampai sang anak dewasa, bahkan sampai sang anak berkeluarga, seorang ibu pun sering membimbing anaknya.

Adab Kepada Guru

Guru merupakan ‘orang tua kedua’ kita, merekalah yang berjasa dalam mendidik kita setelah orang tua, Ilmu yang kita peroleh saat ini tidak lepas dari peranan seorang guru, seseorang dapat membedakan baik dan buruk karena ilmu. Islam juga meninggikan derajat orang yang berilmu dibanding yang lain.Orang yang berilmu tidaklah pandai begitu saja tanpa proses belajar. Proses belajar bisa dilakukan secara formal maupun non-formal. Proses belajar biasanya membutuhkan pembina yang biasa disebut guru, yang mempunyai andil besar dalam proses belajar. Guru akan membukakkan pintu-pintu ilmu lain baginya, yang menunjukkan bila kita salah, agar tidak tergelincir pada kekeliruan. Hendaknya orang yang sedang belajar dan berilmu itu bersikap baik terhadap guru. Berikut adalah adab terhadap guru :

1. Memuliakan dan Menghormati Guru

Memuliakan orang yang berilmu/guru termasuk perkara yang dianjurkan, sebagaimana Rasulullah saw. berikut.

Ibnu Abbas r.a berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Bukan termasuk golongan umatku orang yang tidak menyayangi yang muda, tidak menghormati yang tua, tidak memerintahkan kebajikan dan tidak melarang kemungkaran” (HR. Tirmidzi).

Agar mendapat ilmu dan taufik, seorang murid hendaknya memuliakan dan menghargai guru, serta berlaku lemah lembut dan sopan santun, jangan memotong pembicaraannya, dan memperhatikan dengan baik. Agar kita mendapat ilmu yang bermanfaat, aamiin

2. Mendoakan Kebaikan Untuk Guru

Rasulullah saw. bersabda :

Ibnu Umar r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Jika ada orang yang memberimu, maka balaslah pemberian itu, jika tidak bisa membalasnya, maka doakanlah ia, sehingga kamu memandang telah cukup membalas kebaikan tersebut”.

Ibnu Jama’ah ra. berkata : “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunyqa sepanjang masa, memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya, dan menunaikan haknya apabila telah wafat”. “Dan karena ilmu yang telah diberikannya juga, hendaknya seorang murid mendoakan gurunya, semoga ia diberikan pahala atas ilmu yang telah diberikan kepada muridnya”.

3. Rendah Hati Kepada Guru

Sama halnya dengan adab kepada orang tua, kita juga harus merendahkan hati kepada guru, walaupun sang murid lebih pintar, hendaknya menghidari perdebatan dengan guru, dalam hal ini seorang murid hendaklah bersikap rendah hati kepada gurunya, karena sesungguhnya rendah hatinya seorang murid kepada gurunya adalah kemuliaan dan tunduknya adalah kebangaan, sebagaimana Ibnu Jama’ah pernah mengatakan demikian.

Nabi Muhammad saw. bersabda, yang artinya : “Abu Hurairah ra. berkata : bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :”Pelajarilah ilmu, pelajarilah ilmu ketenangan dan kesopanan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kamu ambil ilmunya” (HR. Tabrani). Ibnu Abbas juga peenah menyampaikan :”Aku merendahkan diri tatkala aku menuntut ilmu, maka aku dimuliakan tatkala aku menjadi guru”.

4. Menenangkan Hati Guru

Seorang murid hendaknya tidak membuat gusar gurunya. Imam Syafi’i dalam pertemuannya dengan gurunya, Imam Malik, pada tahun 170 H, hampir tidak pernah meninggalkan gurunya sampai gurunya wafat pada tahun 179 H. Imam Syafi’i tidak pernah meninggalkannya, kecuali ketika ia pergi ke Mekah untuk menjenguk ibunya ataupun pergi ke pusat ilmu atau faqoh. Itupun setelah diperoleh izin dan restu daru gurunya.

Ada sebuah cerita tentang Imam Syafi’i, ketika beliau berziarah ke makam Abu Hanifah, ia datang bersama dengan salah satu murid seniornya Abu Hanifah, bernama Hasan Asy-Syaibani. Setelah tiba di makam, Hasan Asy-Syaibani mempersilahkan Imam Syafi’i untuk menjadi imam shalat subuh.

Pada rakaat kedua Imam Syafi’i tidak membaca qunut; padahal dalam mahzabImam Syafi’i sendiri membaca qunut asalah sunat ab’ad, tetapi beliau meninggalkan membaca qunut.

Setelah selesai shalat, Hasan Syaibani bertanya, “Mengapa Anda tidak membaca qunut wahai Syafi’i? Bukankah engkau berpendapat bahwa qunut subuh sebuah amalan sunat yang perlu dibaca?” Aku malu dengan pemilik kuburan ini” Sahut Imam Asy-Syafi’i.

Hubungi kami
Admin kami siap membantu Anda
Hello
Apa yang bisa kami bantu ?