Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari bersabda bahwa, keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan. Penting untuk menjaga lisan. Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya akan melukai banyak orang.
Lidah merupakan sepotong daging tak bertulang yang terdapat di dalam rongga mulut manusia dan hewan yang berfungsi utama sebagai indera pengecap dan organ komunikasi yang amat penting. Ia terLetak di dalam rongga mulut dan dipagari dua baris gigi yang mengisyaratkan supaya manusia berhati-hati menjaga lidah dan apa yang diucapkan lidah. Ada pepatah menyatakan “Jika pedang melukai tubuh ada harapan akan sembuh, jika lidah melukai hati kemana obat akan dicari”.
Lidah tersusun dari otot-otot dan dipemukaannya dilapisi lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjer lendir. Selain itu terdapat reseptor pengecap berupa kuncup. Kuncup pengecap dapat membedakan empat macam rasa yaitu rasa manis, pahit, asam dan asin. Kuncup rasa manis lebih banyak terdapat di ujung lidah, kuncup rasa asam lebih banyak terdapat di tepi depan kiri kanan lidah, kuncup rasa asin banyak terdapat di tepi belakang kiri kanan lidah dan kuncup rasa pahit banyak terdapat di pangkal lidah. Oleh karena itu, rasa pahit obat selalu terasa di pangkal lidah.
Sebagaimana firman Allah SWT berfirman: “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar.” (Q.S. an-Nisaa'[4]: 114).
Fungsi lidah yang lain adalah sebagai organ pembentuk huruf pada saat berbicara. Dengan adanya lidah maka kita dapat menghasilkan huruf yang diinginkan. Tanpa lidah manusia tidak mungkin bisa menghasilkan ucapan yang jelas. Dengan bantuan organ penghasil suara lainnya, lidah berperan dalam menghasilkan huruf-huruf ketika kita bersuara. Perhatikan ada suara yang membuat tawa, ada suara membuat tangis, ada suara yang membuat putus asa, ada suara yang membangkitkan ambisi, ada suara yang membuat takut, ada suara yang membawa harapan, ada suara menghibur, ada suara membangkitkan kesedihan, ada suara yang membangkitkan gairah jiwa. Ada suara yang mendatangkan nikmat, ada suara yang meluluhkan hati dan menyatukan dua orang yang saling membenci, ada suara yang mendekatkan dua orang yang saling berjauhan dan sebaliknya.
Sebagai salah satu organ komunikasi pada manusia, lidah dapat berperan mendekatkan seseorang kepada Allah Yang Maha Besar. Karena lidah, seseorang menjadi hamba yang mulia. Namun bila lidah tidak dikelola dengan baik maka organ tubuh yang lembut bahkan bisa mengantarkan pemiliknya ke lembah kehinaan. Karena lidah yang tidak terjaga, sang pemiliknya bisa bergelimang dosa, sehingga ia menjadi hamba yang durjana. Lidah bisa pula menjadi sarang pembuat dosa, bila ia tak terkendali.
Rasulullah SAW juga bersabda:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (H.R. al-Bukhari).
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)” (HR: al-Bukhari dan Muslim).
Dalam upaya kita mensyukuri nikmat lidah maka sudah sepatutnya kita memaksimalkan fungsi lidah kita masing-masing dalam mengemban tugas dakwah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Basahilah lidahmu dengan memperbanyak zikir, mengucapkan kalimat tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Gunakanlah lidahmu untuk amar makruh nahi munkar dan menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna Sungguh, salah satu hikmah nikmat lidah adalah agar kita mampu bersyukur kepada-Nya dengan nada lisan.
Subhanallah. Begitu pentingnya arti dan peran lidah dalam kehidupan, maka sudah sewajarnya setiap muslim mampu menjaga lidah, karena lidah-pun akan dimintakan pertanggungjawabanya kelak. “Pada hari, lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS. An Nuur [24]: 24).
Mengakhiri artikel ini pantas kira renungkan sebuah nasehat berbunyi; “Kata-kata yang lembut dapat melembutkan hati yang lebih keras dari batu, tetapi kata-kata yang kasar, dapat mengasarkan hati yang lunak seperti sutera”.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ
Artinya: Sesungguhnya kamu telah mengatakan suatu ucapan, yang jika dicampur dengan air laut, niscaya akan menjadikannya keruh. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Pesan dari hadits di atas sangat jelas, bahwa wajib menjaga lisan, menjaga tulisan maupun komentar di dunia nyata maupun medsos yang berpotensi menyinggung perasaan. Harus saling menghargai dan menjaga perasaan orang lain, sekalipun dalam banyak keadaan yang sebenarnya sulit untuk kita kendalikan, seperti kemarahan dan cemburunya perempuan. Namun, dengan mengembalikan semuanya kepada Yang Kuasa, maka segala kerumitan kita akan disederhanakan.