1. Kisah Abu Hurairah dengan Kucing
Foto: Orami Photo Stock
Semasa kecil, beliau diperintahkan untuk mengembala beberapa ekor kambing milik keluarganya.
Di sela-sela mengembala kambing, Abu Hurairah selalu bermain dengan kucing kecil di saat siang hari dan jika malam sudah tiba, kucing tersebut diletakkan di atas pohon lalu beliau pun pulang ke rumahnya.
Kebiasaan ini berjalan terus-menerus hingga teman sebayanya memanggil beliau dengan nama Abu Hurairah yang memiliki arit “si pemilik kucing kecil”.
Suatu hari, kucing itu mengeong hingga terdengar oleh Rasulullah SAW. Beliau pun bertanya, “Apa itu wahai Abdu Syams?”, “Anak kucing yang aku temukan ya Rasulallah”, jawabnya.
Baiklah, maka engkau adalah Abu Hurairah (Bapak kucing kecil). Semenjak kejadian itu, beliau selalu dipanggil dengan sebutan nama Abu Hurairah.
Baca Juga: Ini 20 Sifat Wajib Allah, Yuk Kenalkan sejak Dini pada Si Kecil!
2. Termasuk Sahabat Dekat Rasulullah SAW
Foto: Orami Photo Stock
Abu Hurairah banyak menghabiskan waktunya untuk mendampingi Nabi Muhammad SAW. Beliau termasuk sahabat yang bergaul dengan Nabi Muhammad SAW cukup dekat.
Kemana pun Rasulullah SAW berada, disana lah Abu Hurairah turut mengikutinya.
Beliau juga dikenal sebagai salah satu ahli shuffah, yaitu orang-orang miskin atau sedang menuntut ilmu yang tinggal di halaman masjid.
Pada suatu hari, diceritakan bahwa Abu Hurairah duduk di pinggir jalan di mana orang-orang berlalu-lalang. Waktu itu, beliau melihat Abu Bakar berjalan, lalu beliau meminta agar dibacakan satu ayat Alquran.
“Saya bertanya begitu supaya beliau mengajakku ikut dengannya dan memberiku pekerjaan”, kata Abu Hurairah. Akan tetapi Abu Bakar hanya membacakan ayat Alquran, kemudian pergi.
Lalu Abu Hurairah melihat Umar bin Khattab dan berkata “Tolong ajari saya ayat Alquran”. Namun beliau kembali kecewa karena Umar bin Khattab melakukan hal yang sama dengan oleh Abu Bakar.
Hingga tak lama kemudian, datanglah Rasulullah SAW. Nabi tersenyum, Abu Hurairah berkata dalam hatinya, “Beliau tahu apa isi hati saya dengan tepat, beliau bisa membaca raut muka saya dengan tepat.”
Nabi pun memanggil “ya aba Hurairah!” Abu Hurairah menjawab “Labbaik, ya Rasulullah!”. Lalu Rasulullah berkata, “Ikutilah aku!” Rasul pun mengajak ke rumahnya.
Ketika di dalam rumah, Rasulullah SAW mendapati ada semangkuk susu “Darimana datangnya susu ini?” tanya Rasulullah. Ternyata ada seseorang yang telah memberikan susu itu.
Rasulullah akhirnya meminta tolong Abu Hurairah untuk memanggilkan ahli suffah.
Susu tadi pun dibagikannya kepada ahli suffah, termasuk Abu Hurairah. Sejak itulah, beliau mengabdi kepada Rasulullah SAW dan bergabung dengan ahli suffah di masjid.
3. Meriwayatkan Banyak Hadis
Foto: Orami Photo Stock
Abu Hurairah merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling banyak meriwayatkan hadis dengan total mencapai 5.374 buah.
Hal ini karena beliau mendampingi Rasulullah selama 3 tahun, tepatnya sejak dirinya memeluk Islam.
Abu Hurairah berkata, “…….sesungguhnya saudara kami dari golongan muhajirin sibuk dengan urusan mereka di pasar dan orang-orang Anshar sibuk bekerja di ladang mereka.
Sementara aku seorang yang miskin senantiasa bersama Rasulullah di mil’i batni. Aku hadir di majelis yang mereka tidak hadir dan aku hafal pada saat mereka lupa” (Hadits Riwayat Bukhari).
Awalnya, beliau mempunyai ingatan yang lemah, lalu dirinya mengadu kepada Rasulullah. Rasulullah lalu mendoakannya agar diberi daya ingat yang kuat.
Usai peristiwa itu, beliau memiliki daya ingat yang kuat sehingga mampu meriwayatkan banyak hadis, bahkan menjadi sosok yang meriwayatkan hadis terbanyak di kalangan para sahabat Rasulullah.
Baca Juga: 5 Perbedaan Nabi dan Rasul, Yuk Ajarkan pada Si Kecil!
4. Sempat Diremehkan dan Direndahkan
Foto: Orami Photo Stock
Banyaknya jumlah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah pun sempat membuatnya diremehkan dan direndahkan.
Pasalnya, dirinya hanya sekitar 3 ahun saja mendapat pengajaran dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan total periwayatan sahabat lain yang sedari awal sudah membersamai Nabi dalam Islam
Kisah peremehan dan perendahan oleh para orientalis dan sarjana Muslim tercatat dalam Hilyatu-l Auliya’ wa Thqbaqatu-l Ashfiya’ susunan Imam Abu Nu’aim Al-isfahani (Daru-l Kutubi-l ‘Ilmiyyah, juz 1, hal. 105) yang dikutip dari laman NU Online.
Pada bab tentang kekeramatan Abu Hurairah, beliau mengutip sebuah kisah sebagaimana yang diceritakan oleh Qadhi Abu Thayyib:
Kami pernah berada dalam suatu majelis diskusi dan tiba-tiba datang seorang pemuda dari Khurasan (Iran) bertanya tentang suatu permasalahan dan meminta dalil tentang masalah tersebut.
Maka seorang dari kami mendatangkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari jalur Abu Hurairah. Akan tetapi pemuda itu menolak menerimanya dan berkata, “Hadis dari Abu Hurairah tidak boleh diterima…”
Entah karena memang membenci atau orang tersebut tidak tahu bahwa permintaan beliau ‘Wahai, Rasulullah! Kami memohon ilmu yang tidak akan dilupakan’ telah diaminkan oleh Nabi Muhammad SAW, maka keajaiban pun terjadi.
Belum sempat si pemuda menyelesaikan kalimatnya, seekor ular jatuh dari atas sehingga orang-orang yang ada di sana lari tunggang-langgang menghindari gigitan dan lilitan hewan ini.